Wednesday, April 16, 2014

@Matoa dari Papua

Matoa dari Papua...( si imut yg maniiisss )

Tanah Papua memang kaya , selain barang tambang (emas, tembaga) yg menjadi sumber pendapatan daerah bahkan negara kita ini, juga panorama alamnya sangat luar biasa , siapa yg tidak tergiur dengan panorama indah bawah laut “ Raja Ampat “ yg spektakuler itu, juga panorama pegunungan yang tak kalah indahnya, 

Wah benar-benar tanah yg kaya raya, anugrah Tuhan yg luar biasa yg patut bangsa ini syukuri dengan memanfaatkan semua potensi alam itu dengan arif, ramah dan bijaksana, sehingga semua potensi itu menjadi suatu berkah yg indah,  khususnya bagi saudara kita disana dan tentu saja bagi kita semua.

Kalau bicara tentang Papua, aku teringat ada tanaman khas disana, buah “Matoa “ namanya, aku dulu tahu dan mengenal buah ini, karena kakak aku yg bekerja di bidang pertambangan di Papua sana, membawa oleh-oleh buah tersebut saat dia pulang atau cuti kerja,

Awalnya aku pikir itu buah lenkeng, ternyata itu buah matoa, buah khas Papua, bentuknya mungil, wangi seperti duren, berbiji agak besar seperti buah lengkeng, rasa buah ini sangat khas manis seperti rasa rambutan bercampur dengan lengkeng dan sedikit rasa durian ( pokoknya sejak aku kenal buah ini harus ada matoa sebagai oleh-oleh kalau kakak aku pulang dari sana, hhe. maksa.com)



Mungkin ada yg belum begitu paham tentang matoa yg imut dan manis ini, berikut ini aku coba rangkum dari berbagai artikel yg aku baca ,

Matoa (Pometia pinnata) adalah tanaman buah khas Papua , tergolong pohon besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dengan diameter rata-rata maksimum 100 cm. Umumnya berbuah sekali dalam setahun. Berbunga pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah 3 atau 4 bulan kemudian. Penyebaran buah matoa di Papua hampir terdapat di seluruh wilayah dataran rendah hingga ketinggian ± 1200 m dpl. (di atas permukaan laut)


Matoa tumbuh baik pada daerah yang kondisi tanahnya kering (tidak tergenang) dengan lapisan tanah yang tebal, iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik adalah iklim dengan curah hujan yang tinggi. Matoa juga terdapat di beberapa daerah di Sulawesi, Maluku, dan Papua New Guinea.

Di Papua dikenal 2 jenis matoa, yaitu Matoa Kelapa dan Matoa Papeda. Ciri yang membedakan keduanya adalah terdapat pada tekstur buahnya, Matoa Kelapa dicirikan oleh daging buah yang kenyal seperti rambutan aceh, diameter buah 2,2-2,9 cm dan diameter biji 1,25-1,40 cm,

Sedangkan Matoa Papeda dicirikan oleh daging buahnya yang agak lembek dan lengket dengan diamater buah 1,4-2,0 cm. Tanaman ini mudah beraptasi dengan kondisi panas maupun dingin. Pohon ini juga tahan terhadap serangga,

Buah matoa dapat dikonsumsi segar. Cita rasa buah ini sangat khas seperti rasa rambutan bercampur dengan lengkeng dan sedikit rasa durian. Karena rasa dan aroma yang dikandungnya membuat matoa memiliki nilai ekonomi penting bagi masyarakat Papua. Harga jual rata-rata mencapai Rp. 20.000/kg bahkan sering lebih dan tidak pernah murah, buah ini banyak dipesan peminat di luar Papua sebagai oleh-oleh. Bila sedang musim buah matoa banyak dijual di pasar-pasar, pedagang kaki lima, maupun dijual di tepi jalan, (bahkan sekarang aku lihat di supermarket juga ada koq.)

Buah matoa mempunyai kulit buah relatif tebal dan keras sehingga dapat tahan lama jika disimpan yaitu bisa disimpan hingga 1 minggu tanpa perlakuan pengawetan dan jika disimpan dalam suhu 5-10oC buah matoa dapat dipertahankan hingga 20 hari.

Tanaman matoa dapat diperbanyak dengan menggunakan biji, cangkok, stek maupun sambung. Pada perbanyakan dengan biji sebaiknya terlebih dahulu disemaikan dalam polybag dan jika sudah cukup kuat dapat dilakukan pemindahan ke lapangan/kebun. Jarak tanam yang umum adalah 8 sampai 12 meter, ( bahkan ada juga yg membudidayakan matoa ini dengan  teknik hidroponik… wah keren banget yah  :)




Mungkin hanya sedikit yg aku tahu tentang matoa, si imut yang manis dari Papua, tapi semoga saja sekilas info ini, bisa lebih membuat kamu lebih paham bahwa bumi pertiwi kita memang kaya. Banyak juga buah-buah lokal yg belum dimanfaatkan potensinya, jangan sampai nanti kalau negara lain mengakui buah-buah lokal itu sebagai bagian dari kekayaan, atau ciri khas negaranya, baru deh kita protes, (baru deh pada ngeh), padahal sebelumnya dicuekin, bahkan kita kenalpun tidak hhe.. , kan malu donk,  telat.com mulu kita.

Hp@Matoa dari Papua...( si imut yg maniiisss )
cintaku pada alamku, cintaku negriku Indonesiaku..