Curug
Panganten adalah air terjun yang berada di ketinggian 1050m dpl, dengan tinggi sekitar 50 meter, terdapat di wilayah
wisata alam Katumiri, yang berada di jalan raya Cihanjuang Km 5,56, Kecamatan
Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Kira-kira 7 km dari kota Cimahi, jika
kita mengambil arah Parongpong, tapi akan lebih mudah dan dekat jika kita
masuk lewat lokasi wisata outbond Katumiri, kurang lebih 2Km perjalanan untuk
mencapai lokasi curug tersebut.
Menikmati jalanan berbatu, lalu melewati jembatan
bambu dan mengikuti aliran sungai maka kita akan segera tiba di curug tersebut,
memang akses utama jalan menuju lokasi curug,
adalah jalan setapak berkelok-kelok, berbatu, yang licin dan becek kalau
hujan turun dengan sisi jurang dan semak belukar,
dan untuk menuju sisi bawah curug kita harus menuruni tebing sekitar 30 m
dengan jalan setapak yang pastinya licin saat musim hujan tiba, untuk itu disarankan
untuk menggunakan pakaian yang nyaman dan sepatu dengan grip yang bagus supaya
tidak tergelincir saat melewati jalanan yang licin dan berbatu untuk mencapai
lokasi curug tersebut.
Legenda dan Mitos :
Sebelumnya Curug Panganten ini
bernama Curug Manglayang, namun mitosnya karena di curug ini pernah ada
sepasang pengantin yang meninggal terbawa arus sungai, jasad pengantin ini tidak ditemukan oleh warga
setempat hingga akhirnya curug ini dinamakan Curug Panganten.
♥♥Our small trip .....♥ ( @Sunday morning :24.08.14)
@Perjalanan..
(our leg
strength training_melatih kekuatan kaki)
Pagi banget kami mulai perjalanan singkat ini, yah.. ini cuma perjalanan singkat karena ternyata cuma butuh waktu kurang lebih satu jam saja, itu karena sang guide alias tetanggaku yg sudah pernah kesana lupa-lupa ingat jalan atau rute yang benar yang harus kami tempuh.. kalau saja gak pake lupa mungkin cuma 45 menit saja kami bisa sampai.
Rute
untuk mencapai air terjun atau curug Panganten ini memang bisa ditempuh dari beberapa
arah, tapi rute yang kami lalui adalah
jalan desa, jalan setapak, turunan berbatu bahkan kadang tertimbun longsoran
tanah dengan tebing dan jurang disalah satu sisinya, rute yang mungkin hanya biasa dilalui sebagian
orang atau petani setempat saja, sebab bisa nyasar deh kalau kita gak hapal
jalan, pastinya akan lebih mudah kalau kita masuk dari arah Cimahi atau dari
arah wisata outbond Katumiri, jalur resmi yang memang biasa dilalui mereka yang
akan berwisata ke curug tersebut.
Note :
Perjalanan ..menanjak sedikit , menikmati sunrise dan kabut, lalui turun
kembali lalui jalan setapak yg mulai datar dengan bukit yang rimbun oleh semak deaunan hijau dan bunga liar yang indah.
|
Semakin
dekat dengan curug jalanan memang mulai datar bahkan dilapisi semen, (
sepertinya jalan ini jalur irigasi), sayangnya sebagian telah hancur dan
berlubang, dengan arus air mengalir di bawahnya, jadi tetep kita perlu
hati-hati jangan sampai terperosok.
@Menunggu
sejenak
(wait a moment -
menunggu sebentar, melatih kesabaran)
Semakin tampak
curug yang kami tuju di bawah sana,
suara gemuruh air pun semakin keras terdengar, akhirnya kami pun tiba di
area dimana terdapat sebuah saung kecil,
pos tiket dan toilet yang sayang sekali tampak kotor dan tidak terawat, kami
tiba disana kurang lebih jam 6.30 pagi, situasi masih sangat sepi, tak ada
orang lain (jadinya terasa rada serem juga), hanya terdengar suara gemuruh air
terjun, sesekali juga terlihat tupai melompat dan suara kicauan burung diantara
pepohonan besar yang melingkupi area tersebut.
Berhubung terlihat ada tulisan setiap pengunjung harus membayar Rp.3000 per orang, maka kami putuskan untuk menunggu penjaga meskipun kami sebenarnya bisa saja langsung turun ke area air terjun karena pintu masuk yang memang tidak terkunci, tapi sampai jam 07.00 pagi, sang penjaga yang kami tunggu tidak kunjung tiba , jadi kami putuskan untuk turun saja, supaya kami bisa menikmati keindahan Curug Panganten lebih dekat, dengan harapan jika nanti kami pulang akan bertemu sang penjaga untuk patuhi aturan sebagai pengunjung yang baik tentunya.
@Menikmati
dan mensyukuri keindahan alam
(Enjoying the beauty of nature –
menikmati & mensyukuri karuniaNya)
Agar bisa melihat Curug Panganten
lebih dekat lagi, harus menuruni tangga tanah berbatu kurang lebih 30m yang
cukup curam, berarti harus menaiki jalanan yang sama saat kami pulang nanti,
kebayang deh pegelnya.., but it’s ok,
yang penting kami (khususnya aku) menjadi lebih tahu akan keberadaan curug tersebut.
Siip...Alhamdulillah, akhirnya kami dapat melihat Curug Panganten dari dekat, Curug yang indah dengan pepohonan rimbun, menaungi sungai di bawahnya, berhubung saat ini musim kemarau jadi debit air terjun tidak terlalu besar bahkan air tumpahannya tampak sedikit keruh, dan lebih terlihat batu-batu besar di sepanjang sungai dengan hanya sedikit air mengalir disekitarnya.
Tapi curug yang indah dengan deburan air terjun menghembuskan kabut tipis yg dingin terasa begitu menyejukkan, sumber air kecil yang mengalir di sisi kanan tebing juga airnya begitu dingin dan jernih, namun sayang sekitar curug terlihat kotor dengan sampah sisa makanan berserakan yang terasa mengganggu keindahan dan kenyamanan area curug tersebut.
Siip...Alhamdulillah, akhirnya kami dapat melihat Curug Panganten dari dekat, Curug yang indah dengan pepohonan rimbun, menaungi sungai di bawahnya, berhubung saat ini musim kemarau jadi debit air terjun tidak terlalu besar bahkan air tumpahannya tampak sedikit keruh, dan lebih terlihat batu-batu besar di sepanjang sungai dengan hanya sedikit air mengalir disekitarnya.
Tapi curug yang indah dengan deburan air terjun menghembuskan kabut tipis yg dingin terasa begitu menyejukkan, sumber air kecil yang mengalir di sisi kanan tebing juga airnya begitu dingin dan jernih, namun sayang sekitar curug terlihat kotor dengan sampah sisa makanan berserakan yang terasa mengganggu keindahan dan kenyamanan area curug tersebut.
Setelah kurang lebih satu jam kami
menikmati keindahan dan kesejukkan di area curug tersebut, akhirnya kami kembali ke atas, dan memutuskan untuk membuka
bekal kami di saung kecil sebelum pintu masuk, sembari menunggu sang penjaga
curug yang ternyata belum juga ada.
Saat kami rehat sejenak di saung kecil itu, melintas beberapa orang di area tersebut, tapi mereka hanya rehat di saung itu, tidak turun ke curug, dengan alasan malas dan berat saat mereka harus balik ke atas lagi nanti, hingga akhirnya ada seorang bapak yg turun ke curug, dan sesaat kemudian beliau naik lagi ke area saung, kami pun bertanya apakah beliau penjaga curug tersebut, soalnya kami sudah turun tanpa izin, tapi ternyata bukan , katanya pula tak perlulah kami membayar tiket masuk.
Saat kami rehat sejenak di saung kecil itu, melintas beberapa orang di area tersebut, tapi mereka hanya rehat di saung itu, tidak turun ke curug, dengan alasan malas dan berat saat mereka harus balik ke atas lagi nanti, hingga akhirnya ada seorang bapak yg turun ke curug, dan sesaat kemudian beliau naik lagi ke area saung, kami pun bertanya apakah beliau penjaga curug tersebut, soalnya kami sudah turun tanpa izin, tapi ternyata bukan , katanya pula tak perlulah kami membayar tiket masuk.
Akhirnya kami putuskan untuk segera
pulang, tidak lupa kami mengemas sampah sisa makan, dan berpamitan pada Bapak
tersebut. Area wisata curug tersebut memang terlihat kotor meski terlihat ada
tulisan “jagalah kebersihan” , tapi sayangnya juga kami tidak melihat ada tempat
sampah, jadi sampah kami putuskan untuk di bawa pulang saja.
Oya sekedar catatan, sebaiknya kita
memang membawa bekal sendiri, karena area
ini benar-benar alami, tidak ada pedagang makanan disini, kotornya area ini
karena berserakannya dedaunan dan ranting pohon kering dan pastinya karena pengunjung yang
membuang sampah sesukanya.
@Pulang yuuk....
(our leg
strength training - melatih kekuatan kaki.... lagi)
Membayangkan perjalanan pulang yang menanjak akan terasa berat , tapi pastinya kami harus menikmati perjalanan tersebut, dalam perjalanan pulang di belakang kami terlihat 3 orang pengendara sepeda, akupun tidak mau kehilangan moment untuk menangkap gambar perjuangan mereka saat melewati jalanan yang sempit dan curam dengan sepeda mereka, kami memutuskan untuk berhenti sejenak seraya mengamati arah mana yang akan mereka lalui dengan sepeda mereka itu.
Rupanya
mereka adalah peserta lomba “triathlon” ( lomba bersepeda, lari dan berenang), dari kota Cimahi menuju area outbond Katumiri,
mereka nyaris tersesat karena seharusnya mereka melewati jembatan bambu di bawah
sana, bukan jalur yang sedang kami lewati, jalan kecil yang cukup menanjak, curam dan terjal yang sangat tidak mungkin dilalui dengan memakai sepeda seperti itu, syukurlah kami dapat menunjukkan
rute yang benar yang harus mereka lalui untuk mencapai area outbond Katumiri tersebut.
Setelah merekam gambar peserta triatlon melewati jembatan bambu , kami teruskan perjanan pulang dengan tak lupa merekam gambar indahnya bunga liar dan perkebunan jeruk yang belum sempat tercapture dalam perjalanan keberangkatan kami tadi pagi, saat perjalanan pulang ini terlihat Bapak tani pemilik kebun jeruk tengah asyik menggarap kebunnya, kamipun memutuskan untuk membeli beberapa buah jeruk segar yang masih tergantung di pohonnya, dengan harga yang cukup murah bila dibandingkan harga di pasar apalagi di supermarket, kamipun bisa menikmati manis dan segarnya jeruk yang beneran segar karena langsung dipetik dari pohonnya....alhamdulillah..
@ Esensiku:
Perjalanan
singkat yang cukup melelahkan, tapi menyenangkan, meski sampai hari ini
kakiku masih tersisa sedikit pegal, yah memang perlu perjuangan dan kesabaran untuk menikmati keindahan, suatu keharusan untuk mensyukurinya karena Tuhan
masih memberi kesempatan untuk menikmati karuniaNya, dan pastinya perlu
pengetahuan, kepedulian dan cinta yang tulus terhadap alam dan lingkungan dari kita manusia yang diberi berbagai
kelebihan di muka bumi ini, agar mampu senantiasa bersikap bijak terhadap alam dengan menjaganya
agar tetap indah dan lestari.
Semoga bermanfaat,
see you on my next trekking/hiking trip notes
Artikel terkait : @Curug Panganten (Images)
@The corners of my beloved Bandung