small angle of lovely Bandung “ Penari
Egrang ”(tradisi dan seni yg tersisa di sekitarku)
Saat
menikmati akhir pekan di pedesaan, ada sisi menarik yg ku dapat, yg bisa ku
tambahkan di buku catatanku, di perpustakaan kecilku ini,
Seperti
sore hari kemaren dari kejauhan terdengar alunan musik tradisonal, lalu semakin
mendekat, hingga akhirnya melintaslah
dihadapanku suara dan keramaian itu, sekelompok orang dibalut suara musik khas
tradisional Sunda, menari di sepanjang jalan desa yg lengang dan sejuk. Kucoba
menangkap moment yg unik dan jarang kutemui itu dengan kamera kecilku.
Empat
orang pria diatas “egrang” tanpa ragu, bukan hanya berjalan tapi mereka menari
mengikuti hentakan gendang dan lagu daerah berkeliling desa , menari sepanjang
jalan desa yg berkelok-kelok , naik turun, namun untungnya mulus dan bagus
tanpa terganggu laju kendaraan bermotor yg sesekali melitas menyeruak
arak-arakan ini.
Notes
:
“egrang”
adalah alat yg digunakan untuk bermain jangkungan, berdiri dalam jarak
tertentu, di atas permukaan tanah , biasanya terbuat dari bambu dengan
ketinggian yg bervariasi
Sungguh
pemandangan dan moment yg unik bagiku, selayaknya para pemain sirkus, para
penari di atas “egrang” dengan ketinggian melebihi tiang listrik yg berdiri
tegak sepanjang jalan desa, seolah hendak menggapai langit di atasnya begitu
trampil menari tanpa takut terjatuh, mereka melintas kembali di hadapanku dari
arah jalan yg berlawanan dalam selang waktu lebih dari sejam dari saat pertama
kali lewat dihadapanku, terus mengarak mengikuti “Sisingaan” sang penganten
sunat di depannya…, tanpa lelah mereka ceria menari sepanjang jalan desa yg
panjang dan berkelok naik turun ini.
Moment
atau tradisi seperti ini memang sudah jarang ku dapati, meski para petani di
desa ini adalah petani yg makmur memiliki kebun yg luas dan juga ternak yg
bagus dan sehat , tinggal di rumah yg permanent berbaur dengan villa milik para
pendatang jadi mereka sudah terbiasa dengan teknologi dan sarana yg maju, namun
mereka tetap ramah dan santun, mereka tidak melupakan tradisi yg unik dalam
kesehariannya, pesta atau perayaan seperti itu di desa ini bisa berlangsung 2
atau 3 hari 3 malam lho, tidak seperti di kota yg waktunya terbatas…, tamu di
perayaan seperti ini boleh datang kapan saja sepanjang musik dan suara
keramaian masih terdengar dari rumah yang punya pesta .
(he..he
kebayang ya capeknya tuan rumah apalagi sang pengantennya.. kudu nyalamin tamu
berhari-hari.. lucu tapi seru dan unik karena pesta juga biasanya diramaikan
oleh para pedagang kecil yg menggelar dagangannya di sekitar tempat perayaan
..kayak pasar kaget aja ya…)
Tapi
itulah tradisi bagian dari budaya yg ada disekitarku, menarik bagiku karena
unik dan jarang aku temui,
Permainan
“egrang” sendiri yg aku tahu memang bukan hanya terdapat di daerah Sunda
Parahyangan ini saja, tapi ada juga di daerah lain , bahkan di luar Indonesia
juga ada , “egrang” itu termasuk jenis permainan atau olahraga tradisional ,
tapi yg aku saksikan disini dalam bentuk tarian, yg dilakukan dalam waktu yg
cukup lama, melalui sepanjang jalan desa yg panjang dan berkelok naik turun,
pastinya perlu latihan, stamina dan keberanian yg lebih, kekompakan juga
keselarasan untuk melakukannya, … dan pastinya juga tidak semua orang mau dan
bisa melakukannya….
Ya..negriku
Indonesia memang negri yg kaya seni dan budaya, sisi religi yg Islamic ,
berbaur dengan budaya setempat menjadikannya suatu karya seni dan tradisi yg
unik , indah dan pastinya menarik. Namun entah sampai kapan tradisi ini akan
sanggup bertahan di sini, hadirnya budaya manusia kota yg angkuh perlahan
mengikis tradisi unik yg tersisa di desa yg hijau tenang dan nyaman ini .
Karena
udara yg sejuk , panorama alam yg indah desa ini dimana di ketinggiannya orang
bisa mendapat view kota Bandung yg bagus terutama di malam hari , telah
mengundang banyak pendatang dari kota untuk membangun villa yg megah sebagai
tempat rehat dan libur akhir pekan mereka , juga lokasinya yg strategis dekat
dengan keramaian kota menarik minat investor dan developer perumahan mengincar
bukit yg hijau ini untuk menjadikannya sebagai real estate yg lengkap dan
modern yg akhirnya akan menghapus keaslian alam gunung dan bukit yg hijau dan
sejuk ini.
(Hmm..kenapa
harus alam yg selalu dikorbankan ?, padahal alamlah yg selalu tulus memberi dan
memberi, tapi kita manusia tak berterimakasih, tak peduli bahkan kadang
merusaknya karena berbagai alasan dan kepentingan .)
Lalu
apalagi yg tersisa bagiku yg ingin mencari kedamaian dan merindukan ketenangan
, jika semua transisi dan keangkuhan itu akhirnya terjadi juga disini, tapi
itulah kehidupan.., tidak ada kehidupan jika tak ada perubahan dan perbedaan yg
menjadikan kehidupan ini semakin hidup dan semakin berwarna.
#Just write,
satu moment di Sabtu sore 11.06.11
Hp-notes@small angle of Bandung
Hp-notes@small angle of Bandung