Wednesday, April 16, 2014

@Penari Egrang


small angle of lovely Bandung “ Penari Egrang ”(tradisi dan seni yg tersisa di sekitarku)

Saat menikmati akhir pekan di pedesaan, ada sisi menarik yg ku dapat, yg bisa ku tambahkan di buku catatanku, di perpustakaan kecilku ini,

Seperti sore hari kemaren dari kejauhan terdengar alunan musik tradisonal, lalu semakin mendekat,  hingga akhirnya melintaslah dihadapanku suara dan keramaian itu, sekelompok orang dibalut suara musik khas tradisional Sunda, menari di sepanjang jalan desa yg lengang dan sejuk. Kucoba menangkap moment yg unik dan jarang kutemui itu dengan kamera kecilku.

Empat orang pria diatas “egrang” tanpa ragu, bukan hanya berjalan tapi mereka menari mengikuti hentakan gendang dan lagu daerah berkeliling desa , menari sepanjang jalan desa yg berkelok-kelok , naik turun, namun untungnya mulus dan bagus tanpa terganggu laju kendaraan bermotor yg sesekali melitas menyeruak arak-arakan ini.

Notes :
“egrang” adalah alat yg digunakan untuk bermain jangkungan, berdiri dalam jarak tertentu, di atas permukaan tanah , biasanya terbuat dari bambu dengan ketinggian yg bervariasi

Sungguh pemandangan dan moment yg unik bagiku, selayaknya para pemain sirkus, para penari di atas “egrang” dengan ketinggian melebihi tiang listrik yg berdiri tegak sepanjang jalan desa, seolah hendak menggapai langit di atasnya begitu trampil menari tanpa takut terjatuh, mereka melintas kembali di hadapanku dari arah jalan yg berlawanan dalam selang waktu lebih dari sejam dari saat pertama kali lewat dihadapanku, terus mengarak mengikuti “Sisingaan” sang penganten sunat di depannya…, tanpa lelah mereka ceria menari sepanjang jalan desa yg panjang dan berkelok naik turun ini.


Moment atau tradisi seperti ini memang sudah jarang ku dapati, meski para petani di desa ini adalah petani yg makmur memiliki kebun yg luas dan juga ternak yg bagus dan sehat , tinggal di rumah yg permanent berbaur dengan villa milik para pendatang jadi mereka sudah terbiasa dengan teknologi dan sarana yg maju, namun mereka tetap ramah dan santun, mereka tidak melupakan tradisi yg unik dalam kesehariannya, pesta atau perayaan seperti itu di desa ini bisa berlangsung 2 atau 3 hari 3 malam lho, tidak seperti di kota yg waktunya terbatas…, tamu di perayaan seperti ini boleh datang kapan saja sepanjang musik dan suara keramaian masih terdengar dari rumah yang punya pesta .


(he..he kebayang ya capeknya tuan rumah apalagi sang pengantennya.. kudu nyalamin tamu berhari-hari.. lucu tapi seru dan unik karena pesta juga biasanya diramaikan oleh para pedagang kecil yg menggelar dagangannya di sekitar tempat perayaan ..kayak pasar kaget aja ya…)

Tapi itulah tradisi bagian dari budaya yg ada disekitarku, menarik bagiku karena unik dan jarang aku temui,

Permainan “egrang” sendiri yg aku tahu memang bukan hanya terdapat di daerah Sunda Parahyangan ini saja, tapi ada juga di daerah lain , bahkan di luar Indonesia juga ada , “egrang” itu termasuk jenis permainan atau olahraga tradisional , tapi yg aku saksikan disini dalam bentuk tarian, yg dilakukan dalam waktu yg cukup lama, melalui sepanjang jalan desa yg panjang dan berkelok naik turun, pastinya perlu latihan, stamina dan keberanian yg lebih, kekompakan juga keselarasan untuk melakukannya, … dan pastinya juga tidak semua orang mau dan bisa melakukannya….

Ya..negriku Indonesia memang negri yg kaya seni dan budaya, sisi religi yg Islamic , berbaur dengan budaya setempat menjadikannya suatu karya seni dan tradisi yg unik , indah dan pastinya menarik. Namun entah sampai kapan tradisi ini akan sanggup bertahan di sini, hadirnya budaya manusia kota yg angkuh perlahan mengikis tradisi unik yg tersisa di desa yg hijau tenang dan nyaman ini .

Karena udara yg sejuk , panorama alam yg indah desa ini dimana di ketinggiannya orang bisa mendapat view kota Bandung yg bagus terutama di malam hari , telah mengundang banyak pendatang dari kota untuk membangun villa yg megah sebagai tempat rehat dan libur akhir pekan mereka , juga lokasinya yg strategis dekat dengan keramaian kota menarik minat investor dan developer perumahan mengincar bukit yg hijau ini untuk menjadikannya sebagai real estate yg lengkap dan modern yg akhirnya akan menghapus keaslian alam gunung dan bukit yg hijau dan sejuk ini.

(Hmm..kenapa harus alam yg selalu dikorbankan ?, padahal alamlah yg selalu tulus memberi dan memberi, tapi kita manusia tak berterimakasih, tak peduli bahkan kadang merusaknya karena berbagai alasan dan kepentingan .)



bukit hijau di desaku...yg masih tersisa !?




Lalu apalagi yg tersisa bagiku yg ingin mencari kedamaian dan merindukan ketenangan , jika semua transisi dan keangkuhan itu akhirnya terjadi juga disini, tapi itulah kehidupan.., tidak ada kehidupan jika tak ada perubahan dan perbedaan yg menjadikan kehidupan ini semakin hidup dan semakin berwarna.

#Just write, satu moment di Sabtu sore 11.06.11
Hp-notes@small angle of Bandung